Rabu, 28 November 2007

"Mama... Perempuan Itu Benar-benar Telanjang..."

Menengok Aksi Striptis di Makassar

MELIUK, melepas pakaian satu per satu hingga telanjang bulat. Terus menari, napasnya pun terdengar naik turun. Striptis, demikian nama populer tari telanjang itu. ADA striptis di Makassar?

LAPORAN: Buyung Maksum
Makassar

JANGAN menutup mata, itu memang ada. Bahkan, lebih dahsyat dibanding pameran-pameran syahwat yang mulai lazim di sejumlah tempat hiburan malam (THM). Striptis yang benar-benar totalitas atau telanjang bulat.

Mau bukti? Berikut laporan hasil penelusuran saya di salah satu THM di kota ini yang menyediakan "fasilitas" striptis kelas wahid. Tentunya, setelah berbagai lika-liku dan tanya kiri tanya kanan. Namun atas pertimbangan tertentu, nama-nama dan lokasi yang ada di laporan ini disamarkan atau bukan identitas sebenarnya.

***

Jarum jam menunjukkan angka 23.30 Wita, 13 Februari. Dua mobil; sedan Suzuki Baleno diikuti Daihatsu Xenia yang masing-masing berpenumpang empat lelaki, pelan tapi pasti menyeruak di kesunyian sepanjang Jl AP Pettarani. Kedua mobil kemudian membelok ke Jl Urip Sumohardjo hingga Jl Bawakaraeng dan belok kiri ke Jl Jenderal Sudirman. Terus, hingga berbelok kanan ketika mencapai putaran di kawasan Makassar Mall.

Lagu teranyar milik kelompok musik Naff seolah menuntun empat penumpang yang ada di Baleno hitam untuk menyusur Jl Wahidin Sudirohusodo. Masih di pertengahan jalan, kedua mobil berbelok kanan. Tujuannya adalah “PM”, salah satu THM yang tak jauh dari Jl Andalas.

***

Suasana hall berukuran 17 kali 15 meter di lantai satu THM itu masih kurang ramai. Hanya beberapa deret sofa saja yang terisi, tentunya berpasangan; laki dan perempuan yang rata-rata berpakaian minim. Tak perlu mengeluarkan duit untuk masuk ke hall ini. Cukup pesan minuman, lalu nikmati live music ketika jarum jam tepat di angka 00.00 Wita.

Di pergantian hari, di panggung ukuran 14 kali empat meter di bagian depan hall muncul master of ceremony (MC).

"Selamat malam, selamat Valentine's day. Selamat menikmati malam Anda...," kata pria berkaus biru berbalut jas hitam yang bertindak sebagai MC.

Seorang penyanyi perempuan kemudian muncul dan mendendangkan lagu Mandarin. Tak lama, muncul dua perempuan muda yang hanya mengenakan bra dan celana dalam. Keduanya pun menari. Silih berganti, keduanya mendatangi dan bergoyang di depan hidung penonton.

Inikah striptis itu?

***

NYARIS tak ada yang istimewa dan hampir membosankan hingga jarum jam berpindah ke angka 02.00 Wita. Saat satu demi satu pengunjung hall berbalik badan; pulang ke rumah masing-masing atau ke tempat lain, sontak teman penulis,--sebut saja Sukri-- berkata, "Petualangan malam kita baru dimulai."

Kami berdelapan memilih tidak keluar dari THM itu. Seorang rekan,-- sebut saja Judi, selanjutnya mengarahkan kami beranjak ke lantai dua, lalu masuk ke sebuah kamar yang di pintunya terpampang angka 208.

"Ini Room 208. Banyak room seperti ini di sini, tapi jumlah pastinya saya kurang tahu," kata Judi yang mengaku memang sudah beberapa kali ke tempat itu.

Room seluas tiga kali delapan meter itu berisi satu kulkas dengan aneka minuman, sebuah televisi ukuran 29 inchi yang tersambung langsung ke bagian operator karaoke. Juga ada dua pasang sofa yang dijadikan satu dan menghadap ke televisi.

Tapi kami sudah tidak berdelapan lagi. Ada seorang perempuan yang menemani. Namanya, sebut saja Yusmin. Yusmin mengaku berusia 30 tahun dan berasal dari Bandung.

"Tapi tempat saya kerja di Samarinda. Saya dikontrak dua minggu di tempat ini," aku Yusmin yang bentuk tubuhnya terlihat melalui celana jeans ketat apalagi dipadu baju tanpa lengan berbalut rompi yang juga berbahan jeans. Dia juga cukup ramah.

Awalnya, Yusmin hanya menari mengikuti irama hentakan musik disko klasik. Tapi di lagu kedua, Yusmin mulai berani. Tak ada celana jeans, rompi, dan baju. Yang tersisa hanya bra dan celana dalam yang keduanya berwarna hitam. Dia terus meliuk. Mendatangi kami satu persatu dan mendesah seolah mengajak melepas syahwat.

Di lagu ketiga, Yusmin makin liar.

"Buka... bukaa... bukaaa...," kami mulai bersorak. Dahsyat, Yusmin pun melepas pengait bra yang memang berada di bagian depan. Sebelum melepas semuanya, dia menyebut dua aturan; tak boleh menyalakan lampu terlalu terang dan haram melakukan pengambilan gambar!Malam makin suntuk, kegilaan Yusmim juga makin menjadi. Tak puas dengan aksi itu, dia langsung melepas segitiga penutup auratnya.

"Mama... itu perempuan benar-benar telanjang," kata salah seorang teman--sebut saja Syarwan, seakan tak percaya.Ya, di depan kami, Yusmin, penari striptis itu benar-benar telanjang. Tanpa sehelai kain pun. Dia tak ragu mendatangi satu per satu pria yang ada di ruangan itu. Memainkan tubuhnya ibarat sementara menikmati making love (ML).

"Makassar sudah gila. Ini benar-benar edan," bisik Sukri kepada saya. Berapa bayaran Yusmin untuk "menari"?

Cukup lumayan, yakni Rp500 ribu per 30 menit. Itu baru bayaran Yusmin. Sementara biaya pemakaian room per tiga jam dipatok Rp250 ribu. Itu belum termasuk harga minuman dan tip. Tak cukup sejuta rupiah untuk menikmati "keliaran" Makassar, kota yang sedang menggalakkan gemar membaca ini.

"Pernah ada yang mengajak tamu yang mengajak berhubungan badan?" tanya saya.

"Sering, tapi saya tolak. Saya tidak pernah melayani permintaan seperti itu kalau sedang kerja," ujar Yusmin, datar.

"Ada yang pernah memaksa?" tambah saya lagi.

"Tak terhitung lagi. Kalau sudah begitu, saya langsung berhenti," jawab dia.

"Mau terima BL (boking luar, red)?" kejar saya.

"Itu urusan bos. Telepon saja, mungkin sempat. Tapi saya tidak mau "main" di kantor," ujar Yusmin menjawab permintaan Sukri yang mengajaknya show di kantornya.

***

TAK terasa, jarum jam sudah di angka 02.30 Wita. Artinya, Yusmin sudah selesai menjalankan "tugasnya". Kami memang hanya "dijatah" setengah jam untuk menikmati goyangan perempuan itu. Setelah menitip nomor telepon selularnya ke Sukri, Yusmin pun pamit. Dia meninggalkan kami yang masih melongo, tak percaya ada aksi seperti ini di Makassar. (***)

Tidak ada komentar: